Siaran Pers

MENTERI SITI NURBAYA MENGAJAK BERSAMA-SAMA MEMPERBAIKI MANGROVE INDONESIA

22 April 2017, dibaca 841 kali.

Nomor : SP.87/HUMAS/PP/HMS.3/04/2017

Demak, Biro Humas Kementerian LHK, Sabtu 22 April 2017. Memperingati Hari Bumi tahun 2017, Menteri LHK bersama-sama dengan masyarakat melakukan penanaman mangrove di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Demak, Jawa Tengah, Sabtu 22 April 2017. Luas hutan mangrove di Indonesia saat ini tersisa 3,49 juta Ha yang tersebar di 257 kabupaten/kota. Namun, hanya 48 persen yang kondisinya masih dalam keadaan baik, sisanya dalam kondisi sedang atau rusak. 

Menteri Siti menenjelaskan bahwa setiap tahunnya, 200 ribu hektar mangrove di Indonesia mengalami penurunan kualitas. Penyebabnya antara lain adalah deforestasi ekosistem pesisir, reklamasi, penurunan kualitas air, polusi, praktek budidaya yang tidak berkelanjutan serta eksploitasi kehidupan laut.

Oleh karena itu, pemerintah berupaya mengatasi kerusakan mangrove adalah dengan merehabilitasi mangrove dan pantai. Pada tahun 2015, dilakukan rehabilitasi mangrove seluas 430 Ha. Untuk 2016 mengalami peningkatan seluas 497 Ha. Sedangkan tahun 2017 direncanakan rehabilitasi mangrove pada areal seluas 500 Ha. Jumlah ini akan bertambah signifikan dengan adanya keterlibatan berbagai pihak.

Menteri Siti menyerukan semua pihak untuk bergerak merehabilitasi dan merestorasi mangrove secara bersama-sama. Pola kolaborasi ini melibatkan seluruh unsur warga negara Indonesia, mulai dari pemerintah, partai politik, pengusaha, komunitas, dan masyarakat. "Upaya yg dilakukan pemerintah secara sendirian, tidak akan sebaik secepat dan sebanyak apabila itu dilakukan bersama-sama masyarakat.", jelas Menteri Siti.

Lebih lanjut Menteri Siti menjelaskan bahwa ekosistem mangrove sangat penting untuk dijaga kelestariannya. Karena mangrove adalah ekosistem pesisir yang memiliki peran paling produktif di dunia. Mangrove dapat mendukung sektor perikanan, mengurangi erosi dan banjir, menjaga dan mengkonservasi keanekaragaman hayati. Mangrove juga menyimpan karbon sehingga tidak merusak struktur atmosfer, sehingga mencegah kenaikan suhu cuaca dan abrasi pantai.

Menteri Siti turut prihatin terkait abrasi pantai yang terjadi di desa Bedono. Desa Bedono dahulu adalah daerah persawahan, tambak, dan kehidupan nelayan. Namun, sejak abrasi pantai, warga tidak dapat lagi hidup dari pertanian, tambak, dan nelayan. Sampai saat ini, empat dukuh telah menghilang di Desa Bedono akibat abrasi. "Saya sangat prihatin dengan kondisi abrasi di pantai, dan itu terjadi hampir di seluruh Indonesia.", ungkap Menteri Siti. Menteri Siti menyarankan dua hal sebagai solusi untuk abrasi pantai, yaitu bersama-sama menjaga pemecah gelombang air laut, dalam hal ini adalah mangrove. Kemudian yang kedua adalah secara kolaborasi melakukan rehabilitasi dan restorasi mangrove. 

Tanggal 18-21 April 2017 lalu, Bali menjadi tuan rumah Konferensi Mangrove Internasional. Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah dikarenakan luas Mangrove di Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Konferensi ini bertujuan untuk menghasilkan suatu protokol atau peraturan mengenai pelestarian hutan mangrove yang dapat diimplementasikan di seluruh dunia.

Menutup kunjungan kerjanya, Menteri Siti menghadiri Dialog Kebangsaan bersama masyarakat di Pendopo Kabupaten Demak yang juga dihadiri oleh Jaksa Agung, H.M. Prasetyo sebagai pembicara utama.(*)

Penanggung jawab berita:
Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 
Djati Witjaksono Hadi, 081375633330