Siaran Pers

Gerak Cepat KLHK Atasi Karhutla

13 Agustus 2017, dibaca 621 kali.

Nomor : SP. 193/HUMAS/PP/HMS.3/08/2017

Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Minggu, 13 Agustus 2017. Data Posko Nasional Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per tanggal 12 Agustus 2017 pukul 20.00 WIB menyebutkan pada Satelit NOAA19 terpantau 8 hotspot yang tersebar di Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Jawa Timur, dan Bali. Sedangkan hasil pantauan satelit TERRA/AQUA (NASA) dengan confidence level ?80% dan satelit TERRA/AQUA (LAPAN) dengan confidence level ?80% menunjukkan data yang sama yaitu 6 hotspot di Kalimantan Barat dan Papua.

Dengan demikian, total hotspot berdasarkan satelit NOAA19 per 1 Januari s/d 12 Agustus 2017 dilaporkan sebanyak 1.452 hotspot. Dibandingkan dengan tahun 2016 periode yang sama, yaitu 1.480 hotspot, terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 28 titik (1,89%).

Sedangkan data TERRA/AQUA (NASA) per 1 Januari s/d 12 Agustus 2017 (confidence level ?80%), menunjukkan penurunan jumlah hotspot sebanyak 1.765 hotspot (77,75%), dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama, yaitu semula 2.270 hotspot menjadi 505 hotspot. 

Berbagai upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan terus dilakukan oleh Brigade Dalkarhutla KLHK - Manggala Agni di berbagai wilayah terutama di Provinsi rawan karhutla. Di Sumatera Utara, Manggala Agni melakukan pemantauan kondisi cuaca di objek vital nasional- Bandara Aek Godang (Desa Aek Godang, Kecamatan Hulu Sihapas, Kabupaten Padanglawas Utara, Provinsi Sumatra Utara).

Di Provinsi rawan karhurtla yang lain, seperti Riau, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat, Manggala Agni bersama TNI, Polri dan Masyarakat Peduli Api (MPA) terus melakukan pemantauan lapangan dan sosialisasi pencegahan kepada masyarakat di desa-desa rawan karhutla melalui Patroli Terpadu yang sudah dilaksanakan sejak bulan Mei lalu. Sementara di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, Patroli Terpadu juga sudah mulai dilaksanakan sejak 2 hari lalu.

Di Jambi, meskipun belum mulai melaksanakan kegiatan Patroli Terpadu, Manggala Agni tetap siaga dan melaksanakan patroli gabungan. Seperti yang dilakukan oleh Manggala Agni Daops Sarolangun bersama dengan Satgas Kabupaten Sarolangun melakukan patroli ke Desa Pamuncak, Kecamatan Cermin Nan Gedang, Kabupaten Sarolangun.

Sementara itu di Sumatera Selatan, Manggala Agni kembali melakukan pemadaman kebakaran lahan di Desa Sukarami, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir. Pemadaman dilakukan bersama TNI, Polri, Masyarakat Peduli Api (MPA)/Satgas Desa dengan dukungan Satgas Udara melalui upaya water bombing dengan menggunakan 2 unit pesawat helly. Berdasarkan laporan dari petugas di lapangan, luas lahan yang terbakar seluas 3 hektar. Upaya pemadaman kebakaran yang terjadi di atas lahan gambut yang ditumbuhi semak belukar ini memerlukan waktu sekurangnya 5 jam. Petugas mengalami kendala yaitu sulitnya menjangkau sumber air dan akses menuju lokasi kebakaran. Selain itu, kecepatan angin yang tinggi menyebabkan kebakaran tidak mudah untuk segera dipadamkan. 

Untuk membantu upaya pemadaman di wilayah yang masih mengalami karhutla di Sumatera Selatan, upaya teknologi modifikasi cuaca (hujan buatan) dilakukan oleh satgas udara. Pesawat CN212 PK-PCT terbang sebanyak 1 kali dan menggunakan sebanyak 1 ton bahan semai untuk mengupayakan hujan buatan di atas wilayah Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ilir. Sejak awal Juni di Sumatera Selatan, upaya hujan buatan telah dilakukan sebanyak 60 kali terbang dan menggunakan 59,6 ton bahan semai untuk menekan potensi karhutla di provinsi ini, khususnya di atas wilayah Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, PALI, Muara Enim, Ogan Komering Ulu Timur, dan Kota Palembang.

Upaya pemadaman juga dilakukan pada lahan seluas lebih kurang 3 Ha di Gunung Guntur, pada Jumat malam (11/8/2017), tepatnya di Blok Tegal Malaka dan Blok Naringgul, Desa Rancabango, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kebakaran diantisipasi dengan cepat oleh tim gabungan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat melalui Tim Dalkar Seksi Konservasi Wilayah (SKW) V bersama pihak TNI, Polri dan masyarakat. Pemadaman dilakukan dengan menggunakan gepyokan yang dibuat dari ranting-ranting basah. Api berhasil dipadamkan sekitar pukul 22.00 wib, dilanjutkan dengan penyisiran dan mop-up untuk memastikan tidak ada bara api yang menyebar. Kejadian ini diduga terjadi karena kesengajaan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Pada kesempatan lain, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) KLHK, Raffles B. Panjaitan menyampaikan bahwa selain dilakukan petugas di lapangan, pengecekan hotspot dan karhutla juga dipantau dari pusat melalui citra satelit yang selanjutnya akan dilakukan pengecekan langsung oleh tim dari Direktorat PKHL