Nomor: SP. 412/HUMAS/PP/HMS.3/10/2019
Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Senin, 21 Oktober 2019.
Data terbaru luas indikatif karhutla berdasarkan interpretasi citra landsat oleh KLHK menyebutkan jika, luas indikatif dari Bulan Januari s.d. September 2019 adalah seluas 857.756 Ha. Luasan areal terbakar tersebut terbagi menjadi di lahan gambut seluas 227.304 Ha, dan di lahan tanah mineral seluas 630.451 Ha. Angka luasan indikatif karhutla tahun 2019 tersebut ternyata masih 67% lebih rendah jika dibandingkan dengan angka luasan indikatif karhutla tahun 2015 yang sebesar 2.611.411 Ha. Namun demikian luasan indikatif karhutla tahun 2019 masih sangat mungkin untuk meningkat hingga akhir tahun ini.
Lokasi luasan areal terbakar tahun 2019 ini terbesar di Provinsi Kalimantan Tengah dengan luasan mencapai 134.227 Ha, disusul secara berurutan oleh Provinsi Kalimantan Barat seluas 127.462 Ha, Provinsi NTT seluas 119.459 Ha, Provinsi Kalimantan Selatan seluas 131.454 Ha, Provinsi Riau seluas 75.870 Ha, Provinsi Sumatera Selatan seluas 52.716 Ha , Provinsi Kalimantan Timur seluas 50.055 Ha, Provinsi Jambi seluas 39.638 Ha, Provinsi Papua seluas 26.777 Ha, dan Provinsi NTB seluas 22.046 Ha. Selebihnya untuk Provinsi lainnya di Indonesia, luasan indikatif karhutlanya di bawah angka 20 ribu Ha.
"Karhutla tahun 2019 memang lebih tinggi dibandingkan tahun 2018, namun masih jauh lebih rendah dari kejadian karhutla tahun 2015. Hal ini karena setelah kejadian karhutla tahun 2015 Pemerintah Jokowi start melaksanakan paradigma baru penanganan karhutla dengan fokus pada upaya pencegahan," ujar Plt. Direktur Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL), Raffles B. Panjaitan saat konferensi pers di Media Center Bersama Karhutla, di Jakarta, 21 Oktober 2019.
Raffles pun menjelaskan jika upaya penanganan karhutla sampai saat ini terus dilakukan. Dijelaskan olehnya jika kondisi hotspot seluruh Indonesia pada Bulan Oktober ini mulai mengalami penurunan setelah mencapai puncaknya pada bulan September 2019. Bahkan di Pulau Kalimantan, kecuali Kalimantan Selatan jumlah hotspot sudah tidak terpantau lagi melalui satelit NOAA dan Terra Aqua confidence level >= 80% (lebih besar sama dengan). Hal ini merujuk pada data lima hari terakhir yaitu tanggal (16 s.d 20 Oktober 2019). Jumlah hotspot per 20 Oktober 2019 masih cukup banyak terdeteksi di Provinsi Sumatera Selatan, yaitu berurutan 11 dan 6 hotspot berdasarkan Satelite NOAA dan Terra Aqua confidence level >= 80.
Kemudian penanganan karhutla yang masih terus dilakukan diantaranya adalah pemadaman hari ke
- Masuk untuk komentar
- Daftar untuk komentar